Senin, 19 November 2012

Memandang Ke Depan (Filipi 3:7-14)



Filipi 3:7-14

MEMANDANG KE DEPAN
Aku melupakan apa yang telah di belakangku ... dan berlari- lari kepada tujuan
(Filipi 3:13,14)

Kata Januari berasal dari nama Janus, dewa segala permulaan yang disembah oleh rakyat Romawi. Dewa ini digambarkan seperti manusia berwajah dua, dengan satu wajahnya menghadap ke belakang dan yang lainnya menghadap ke depan.
Sebagian orang mengalami kesulitan dalam mengarahkan pandangan penuh pengharapan ke depan, karena mereka terus-menerus melihat ke belakang dan meratapi kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat di masa lalu. Pandangan mereka tentang masa depan menjadi suram, dan semangat mereka pun memudar. Padahal, sia-sialah bagi kita menyesali hal yang sudah berlalu. Sejarah sepertinya akan terulang dengan sendirinya jika mereka terus-menerus merenungi berbagai kegagalan dari tahun yang lewat, atau senantiasa mengeluhkan berbagai ketidakadilan yang mereka derita selama 12 bulan yang sudah berlalu. Tidak ada untungnya terus-menerus mengeluh tentang masa lalu.
Pada awal tahun yang baru ini, awalilah dengan mengakui dosa-dosa Anda kepada Tuhan dan terimalah pengampunan penuh rahmat yang ditawarkan-Nya (1Yohanes 1:9,10). Perbaikilah apa yang perlu dibenahi dan kemudian "lupakanlah apa yang telah di belakang Anda". Melangkahlah maju dengan penuh keyakinan, dan percayalah kepada Bapa surgawi kita (Filipi 3:13,14). Ini adalah rahasia hidup Paulus yang terbukti berhasil.
Marilah kita berhenti menoleh ke belakang dan meratapi kegagalan-kegagalan di masa lalu. Sebaliknya, arahkan pandangan ke depan dan bergeraklah maju dengan penuh pengharapan dan sukacita

Karya Perdamaian (Yakobus 3:13-18)



Yakobus 3:13-18

KARYA PERDAMAIAN
Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai
(Yakobus 3:18)

Gereja kecil di Umbarger, Texas, memang tidak tampak seperti sebuah tempat pameran seni internasional. Namun menjelang akhir Perang Dunia II, tujuh orang Italia yang menjadi tawanan perang di sebuah kamp besar di dekat gereja itu, dipilih untuk membantu menghiasi dinding batu gereja yang kosong.
Para tawanan itu sebenarnya enggan membantu orang-orang yang menawan mereka. Namun akhirnya mereka bersedia membantu asalkan usaha yang mereka lakukan dianggap sebagai sumbangan bagi persaudaraan dan sikap pengertian kristiani. Dan ketika mereka mengerjakan lukisan dan ukiran Perjamuan Terakhir, salah seorang tawanan perang itu kemudian mengingatkan, "Secara hampir bersamaan, suatu gelombang kedamaian yang spontan mengalir di antara kita." Tak ada seorang pun yang membicarakan perang atau masa lalu karena "kita di sini melakukan karya perdamaian dan cinta kasih".
Hidup kita di dunia ini dipenuhi oleh situasi-situasi yang tidak memungkinkan bagi kita untuk memperkenalkan kedamaian Allah. Kita dapat merasa terpenjara oleh perasaan tertekan, hubungan yang tegang, dan keadaan yang mengikat. Namun, kedamaian memiliki kuasa untuk berkobar di mana saja. Rasul Yakobus mengingatkan kita bahwa "hikmat yang dari atas adalah ... pendamai, peramah, penurut .... Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai" (Yakobus 3:17,18).
Di mana pun kita berada hari ini, mintalah agar Tuhan memakai kita sebagai pembawa damai-Nya.

PEMBAWA DAMAI TERBAIK ADALAH
MEREKA YANG MENGENAL DAMAI ALLAH

Apa Yang Anda Cari? (Yohanes 1:35-42)



Yohanes 1:35-42

APA YANG ANDA CARI ?
Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat mereka mengikuti Dia lalu berkata kepada mereka,
"Apakah yang kamu cari”
(Yohanes 1:38)

Bagaimana jawaban Anda seandainya Yesus bertanya, "Apakah yang kamu cari?" (Yohanes 1:38). Apakah Anda memohon kesehatan dan kebugaran dari-Nya? Sebuah pekerjaan yang lebih baik? Pernikahan yang lebih bahagia? Jaminan keuangan? Pemulihan nama baik karena tuduhan yang salah? Keselamatan untuk orang yang suka melawan, yang kita kasihi? Sebuah penjelasan tentang konsep teologi yang sulit?
Bagi dua orang murid Yohanes Pembaptis, situasi ini lebih dari sekadar sebuah latihan imajinasi. Suatu hari ketika mereka sedang bersama Yohanes, Yesus lewat dan Yohanes berseru, "Lihatlah Anak domba Allah!" (ayat 36). Setelah itu kedua murid tersebut tidak lagi mengikuti Yohanes, tetapi mulai mengikuti Yesus. Ketika Yesus melihat mereka, Dia bertanya, "Apakah yang kamu cari?" (ayat 38).
Tampaknya Yohanes telah mengajar mereka dengan sangat baik, karena jawaban mereka menunjukkan bahwa mereka tidak mencari sesuatu bagi diri mereka sendiri, tetapi Yesuslah yang mereka cari. Mereka ingin mengetahui tempat tinggal Yesus. Dan Yesus tidak hanya menunjukkan tempat tinggal-Nya, tetapi juga menghabiskan sisa hari itu bersama mereka.
Saya berpikir bahwa kita sering kehilangan kesempatan untuk meluangkan waktu bersama Yesus karena kita mencari hal lain selain hadirat-Nya. Dari pengalaman, saya sadar bahwa semakin banyak waktu yang saya habiskan bersama Yesus, semakin sedikit keinginan saya untuk memiliki banyak hal yang hanya tampak penting untuk sesaat  - J

KERINDUAN YESUS UNTUK BERSAHABAT DENGAN KITA
LEBIH DARI KERINDUAN KITA UNTUK BERSAHABAT DENGAN-NYA

Pahit Menjadi Manis (Keluaran 15:22-27)



Keluaran 15:22-27

PAHIT MENJADI MANIS
Tuhan menunjukkan kepadanya sepotong kayu;
Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis
(Keluaran 15:25)

Acap kali sukacita dan dukacita berjalan seiring. Seperti bangsa Israel yang merasakan getar kemenangan di Laut Merah, tetapi tiga hari sesudahnya menjumpai air yang pahit di Mara (Keluaran 15:22,23), sukacita kita pun dapat segera berubah menjadi kemarahan.
Di Mara, Tuhan menyuruh Musa melemparkan sepotong kayu ke dalam air, sehingga air itu menjadi manis dan bisa diminum (ayat 25). Suatu "potongan kayu" lain yang "dilemparkan ke dalam" berbagai situasi pahit hidup kita dapat membuat situasi itu menjadi manis. Potongan kayu itu adalah salib Yesus (1Petrus 2:24). Pandangan kita akan berubah saat kita merenungkan kematian-Nya yang penuh pengurbanan dan penyerahan-Nya pada kehendak Allah (Lukas 22:42).
Penderitaan kita dapat terjadi karena dibenci orang lain, atau lebih buruk lagi, karena tidak mereka pedulikan. Namun, Tuhan mengizinkan hal itu terjadi. Kita mungkin tidak memahami alasannya, tetapi itu adalah kehendak Bapa dan Sahabat kita, yang tak terbatas kebijaksanaan serta kasih-Nya.
Ketika kita berkata "ya" kepada Allah saat Roh-Nya menyatakan rencana-Nya kepada kita melalui firman-Nya, situasi pahit dalam hidup kita akan menjadi manis. Kita tak perlu mengeluhkan kejadian yang telah diizinkan Tuhan. Sebaliknya, kita harus melakukan segala perintah-Nya. Yesus berkata bahwa kita harus memikul salib kita setiap hari dan mengikuti Dia (Lukas 9:23).
Saat kita mengingat salib Yesus dan berserah kepada Bapa seperti Yesus berserah kepada-Nya, maka pengalaman pahit akan menjadi manis – DR

ALLAH MEMAKAI KESULITAN UNTUK MEMBUAT KITA LEBIH BAIK
BUKAN LEBIH PAHIT

Pemberontak (Yesaya 30:8-17)



Yesaya 30:8-17

PEMBERONTAK
Sebab mereka itu suatu bangsa pemberontak, anak-anak yang suka bohong,
anak-anak yang enggan mendengar akan pengajaran Tuhan
(Yesaya 30:9)

Saya tak mau mendengarkan Ayah dan Ibu lagi!" Inilah ucapan yang tidak ingin didengar para orangtua dari anak remaja mereka. Ini berarti bahwa mereka telah memutuskan untuk tidak menaati orangtua. Biasanya mereka mengatakannya dengan penuh amarah, dan akan segera melupakannya.
Namun, terkadang seorang remaja memutuskan untuk menjadikan sikap ini sebagai cara hidup, sehingga akan menimbulkan kesulitan bagi setiap anggota keluarganya. Penolakan anak untuk me-naati otoritas hanya akan senantiasa menciptakan kekacauan dan mengurangi sukacita dalam hidup.
Para remaja secara terbuka menun-jukkan pemberontakan dan berpikir bahwa mereka akan bahagia bila menentang otoritas. Padahal, sebenarnya hal ini akan membuat hati mereka menderita.
Nabi Yesaya menceritakan tentang beberapa pemberontak -- orang-orang yang memberontak dan suka berbohong, yang menolak untuk mendengarkan firman Allah (ayat 30:8-17). Mereka berkata kepada-Nya, "Kami telah cukup mendengar. Kami tidak perlu mendengarkan Engkau!" Kekerasan hati telah membuat mereka menentang kebenaran Allah.
Pemberontakan tidak hanya dilakukan oleh para remaja atau umat di zaman Nabi Yesaya. Terkadang kita juga suka memberontak. Kita membaca firman Allah dan menganggap firman itu terlalu membatasi kita. Atau kita menyadari bahwa Allah ingin kita melakukan sesuatu, tetapi kita malah lari darinya. Semua ini hanya akan mengakibatkan kesedihan. Namun, jika kita menaati firman Allah, kita akan menikmati kedamaian-Nya di dalam hati kita – DB

KETAATAN MERUPAKAN JALAN MENUJU SUKACITA